Rangkaian event XPANDER Media Touring 2018 yang tim NMAA Media ikuti (6-8/3) silam, masih menyisakan sebuah artikel menarik yang rasanya menarik untuk ditulis. Yaitu perihal mesin bawaan Mitsubishi XPANDER, yang sejauh ini termasuk bagian yang banyak diperbincangkan banyak orang. Terutama soal performanya yang dianggap tidak segalak rival-rivalnya yang sama-sama membawa mesin 1.5 liter.
“Mesin yang dibawa XPANDER adalah tipikal economical engine, yang enggak banyak dipakai dan jadi perhatian untuk rival di kelasnya. Awalannya memang terasa halus, tapi mesin ini enggak kedodoran kalau mau diajak berakselerasi,” ulas Rifat Sungkar, pembalap nasional yang sekaligus ditunjuk menjadi brand ambassador Mitsubishi Indonesia.
Dan memang harus diakui, impresi itu juga yang kami rasakan begitu membawa MPV terbaru Mitsubishi ini. Untuk akselerasi awal, kita memang harus menekan pedal gas lebih dalam supaya mobil meluncur, kurang-lebih hingga 2.000 rpm. Namun dengan sedikit membiasakan diri, XPANDER bisa dipacu agresif. Bahkan saking heningnya kabin, kita tidak mendengar raungan mesin akibat tingginya jarum rpm saat dipacu kencang.
Yang dipakai Mitsubishi XPANDER adalah mesin berkode 4A91 16 valve MIVEC DOHC yang sebelumnya juga pernah dipakai compact car Mitsubishi Colt lansiran 2005, juga Lancer generasi 2007. Suprisingly, mesin ini awalnya merupakan pengembangan Mitsubishi bekerjasama dengan Mercedes-Benz (Daimler Chrysler) di Jerman. Meski pada akhirnya dikembangkan kembali oleh Shenyang Aerospace Mitsubishi – Tiongkok. Tak heran jika Smart For Four memakai mesin yang sama.
4A9 merupakan generasi mesin berdimensi kecil yang dibuat ringan, dengan mempertimbangkan performa, serta menjunjung efisiensi. Khusus 4A91 yang dipakai XPANDER, memiliki ukuran bore dan stroke piston 75×84,8 dengan kompresi lumayan tinggi, 10,5:1. Terdapat revisi pada bagian karter unit yang dipasang pada XPANDER, yakni menggunakan material aluminium agar ringan. Oli rekomendasi yang dipakai adalah yang memiliki tingkat kekentalan 5W-30.
Karena ini adalah mesin yang sejatinya dibuat untuk efisien, maka pilihan sistem gerak roda yang paling posible untuk mendukung kehematannya adalah gerak roda depan (FF). Meski sebenarnya mesin ini juga bisa dipasangkan sistem gerak roda belakang, dengan menempatkan engine di depan (FR). Bahkan di Tiongkok dibuat juga versi mesin turbo berkode 4A9T dengan tenaga mencapai 135 hp dan torsi 200 Nm (2.000-4.500 rpm).
Harus diakui dengan unit berdaya 103,2 dk pada 6.000 rpm, dan torsi maksimum sebesar 141 Nm pada 4.000 rpm saja XPANDER sudah cukup memenuhi ekspektasi pengemudi Indonesia. Baik untuk penggunaan dalam kota hingga pelesiran ke luar daerah. Meski angka tersebut bukan yang paling besar di kelasnya.
Sebagai perbandingan, Toyota Avanza dengan mesin berkapasitas 1.496 cc hanya memiliki daya sebesar 102 dk pada 6.000 rpm, dan torsi 136 Nm pada 4.000 rpm. Sedangkan Daihatsu Xenia dengan mesin 1.300 cc hanya memiliki tenaga 95 dk pada 6.000 rpm, dan torsi 120 Nm pada 4.200 rpm. Namun Honda Mobilio boleh berjaya dengan mesin 1.496 cc namun mampu meledakkan daya hingga 116 dk pada 6.600 rpm, dan torsi 145 Nm pada 4.600 rpm.