Saat kunjungan ke Osaka Automesse 2o2o dalam rangkaian campaign Great of Indonesia: #IndonesianPride, National Modificator & Aftermarket Association (NMAA) diundang dalam welcoming dinner oleh Kontsu Times, salah satu publisher terkenal di Jepang, yang juga penyelenggara event tahunan Osaka Auto Messe. Kegiatan tersebut dilakukan pada hari pertama (14/2) di sebuah hotel dekat INTEX Osaka.
Welcoming dinner tersebut mengundang para pemangku kepentingan merek-merek aftermarket besar di Jepang. Misalnya Enkei, Work Wheels, SSR, Fujitsubo, dan lain sebagainya. Kami pun bertemu dengan Takayoshi Terada, Executive Officer Public Relations Corporate Personnel & General Affairs Office ENKEI. Pria berusia 50 tahunan ini juga menjabat sebagai presiden Japan Light Alloy Wheel Association (JAWA).
Obrolan soal industri velg pun mengalir. “Kami di Jepang memiliki pasar bebas dengan beberapa negara, khususnya Amerika Serikat. Jadi velg-velg dari sana bisa dengan bebas masuk ke sini,” ulasnya. Meski peraturan industri di Jepang termasuk ketat soal perlindungan produk lokal, namun mereka tetap menghargai standar mutu yang dikeluarkan dari negara asal. Salah satunya soal standarisasi velg seperti VAA (Amerika), KBA (Eropa), atau TUV.
JAWA sendiri membawahi 97 merek velg yang beredar di Jepang, di mana yang benar-benar produsen pembuat velg dari nol adalah 5 merek. “Saya sendiri sudah 38 tahun berkecimpung di dunia velg dan tahu benar bagaimana velg itu dibuat dan seperti apa perkembangannya saat ini,” kata dia. Pengetahuan soal velg juga termasuk soal standarisasi pengetesan yang benar.
“Di Jepang kami memiliki badan sertifikasi independent yang khusus mengetes kekuatan velg. Sertifikasi tersebut diakui oleh Kementerian Perindustrian Jepang dan menjadi standar yang akhirnya diterima konsumen di luar Jepang. Kami punya JWL, VIA, termasuk asosiasi yang mengetes material yang dipakai (aluminium, magnesium, besi, dan sebagainya,” kata pria yang berkantor di ACT Tower, prefektur Shizuoka, Jepang.
Terada-san menganggap pasar Indonesia sangat menjanjikan mengingat makin bertumbuhnya pemakai kendaraan Tanah Air. “Enkei memiliki pasar aftermarket yang akan terus didorong untuk membuat velg-velg untuk para penyuka modifikasi. Namun saat ini kami terkendala di Indonesia karena peraturan SNI,” jujurnya. Untuk itu ia memberi masukan kepada NMAA untuk menyampaikan kepada pemangku kepentingan soal hal tersebut. “Di Jepang kami membebaskan dunia customized dari beberapa peraturan yang mengikat agar industrinya tumbuh seperti sekarang ini,” tutup dia.