Geliat Modifikasi Nasional, Body Kit Karma 14 Mendarat di Pulau Celebes

0
Foto: @karmabodykit
- Advertisement -

Utamakan Aspek Desain dan Fungsi, Body Kit Karma Makin Diminati

Body Kit Karma 86 ke 14 akhirnya mendarat di Sulawesi, menariknya jadi tonggak awal perkembangan geliat modifikasi nasional sekaligus menunjukan eksistensi Body Kit karya anak bangsa berjaya di negeri sendiri. Bahkan, diklaim jadi produk Karma Body Kit pertama di Sulawesi Sejak deretan line up Body Kit  yang bekerjasama dengan workshop asal Amerika Serikat (AS) Monaco Auto Design rilis pertama di event Indonesia modification Expo (IMX) 2018 lalu.

Menariknya, kemunculan Karma Body Kit dianggap dapat mengedukasi para modifikator Sulawesi untuk lebih memerhatikan aspek fungsional di setiap mobil modifikasi. Karena pada dasarnya, Body Kit Karma dibuat untuk pemakaian harian. Hanya saja, karena sang founder lebih menyukai gaya camber seolah membuat mobil terlihat ceper. Selain itu, karakter Karma sangat identik. Dari front bumper dan splitter, rear bumper dan diffuser, add on lips, 4 over fender. Komponen ini memuat tampilan lekukan tegas pada splitter, side skirts tajam di depan yang mengalir hingga ke belakang. Tak ketinggalan duck tail Seolah menunjukan karakter tersendiri yang membedakan dengan produk sejenis.

Owner Karma untuk Toyota FT 86 ke 14, Rafiq Muhammad mengaku antusias menginstal Body Kit karya anak bangsa ini. Padahal mulanya, banyak pilihan Body Kit untuk mendongkrak tampilan secara spontan. Akan tetapi, Karma 86 punya nilai lebih dari segi desain. “ Memang banyak produk serupa dari luar negeri. Tapi begitu melakukan riset, desain Body Kit Karma jadi akhirnya dipilih. Dari segi material sama, model yang kian atraktif, dan harga kompetitif,”ujar Rafiq saat dihubungi Tim NMAA Media belum lama ini.

Meski memasang proses instalasi yang relatif lama, namun untuk proses pemasangan plug and play seperangkat komponen body tersebut harus proporsional. Didampingi arahan Kiki Anugraha, pemasangan kemudian didiskusikan lagi dengan rumah modifikasi Hellios, Makassar. Terlebih jadi tempat mencurahkan ide dan kreatifitas di unit FT 86 miliknya.

“Saya lebih menikmati proses yang sedang berjalan saat ini. Karena membangun sebuah mobil pasti mengedepankan idealis pemiliknya. Berdasarkan dari referensi yang amat penting digali dan tentunya memiliki visi yang sama dengan bengkel modifikasi,” terang Rafiq

Body Kit Karma 86 ini memuat sejumlah komponen bodi untuk mendongkrak tampilan lebih “gahar”. Dari depan terdapat front bumper disertai ukuran grille besar, lekukan tegas pada splitter, dan side skrits. Sejumlah komponen Body Kit terbuat dari Fibre Reinforced Plastic (FRP).

Komponen utama yang membuat setiap petrolhead merasa stunning pada tampilan over fender besar. Serangkaian Body Kit tersebut dipadukan dengan modifikasi komponen kaki-kaki seperti pemasangan suspensi udara. Sedangkan untuk velg menggunakan lebar 11 inci dijahit dengan ban 265/30/19 di bagian depan dan 13 inci dijahit ban 312/25/19 di bagian belakang.

Selain itu Rafiq juga lebih memfokuskan komponen eksterior dan undercarriage. Hal ini terbilang krusial karena berpengaruh terhadap kenyamanan berkendara. Komposisi bagian “tongkrongan” ini memerlukan setting yang presisi. “Saat ini pengerjaan FT 86 memasuki tahap fiting Body Kit dan karbon untuk masuk ke tahap finishing. Workshop menyebut kalau pengerjaannya memakan waktu sampai tiga bulan,” urainya.

Menanggapi produk Body Kit pertama di luar Pulau Jawa, Founder Karma Bodykit, Kiki Anugraha mengatakan, tingginya minat pasar terhadap produk produk Body Kit di Indonesia saat ini tidak seperti yang terjadi di sejumlah negara barometer otomotif lainnya. Seperti di Jepang atau AS. Namun, sebuah pencapaian tersendiri ketika produk lokal lebih diapresiasi. “Karena kalau tren mobil proper yang pasang Body Kit di luar negeri sudah booming, mereka lebih memerhatikan presisi dan tampilan proper car agar bisa dipakai daily use,” kata Kiki

Kiki mengapresiasi penuh terhadap para modifikator di daerah. Meski tren modifikasi masih didominasi tren Jakartasentris, para “pemain” di daerah secara bertahap mengikuti perkembangan tren modifikasi seiring dengan distribusi barang aftermarket yang mudah dijangkau.

“Apresiasi tinggi bagi kawan-kawan di daerah, kini lambat laun mulai mensejajarkan standar modifikasi secara nasional yaitu tren modifikasi dengan memerhatikan estetika dan aspek fungsional. Hal ini krusial sekaligus merupakan langkah edukasi secara masif dan berkelanjutan, minimal di lingkup nasional,” ungkap Kiki.

Meski di indonesia belum ditentukan regulasi modifikasi proper, karena hanya menampilkan kendaraan yang good looking dan tidak merubah komponen penting di mobil. Sejumlah aspek yang mesti diperhatikan menunjang perkembangan modifikasi hingga ke daerah justru kini sangat mudah.

“Menurut saya minimal dua poin yang amat penting seiring dengan kemudahan teknologi saat ini referensi yang mupuni dan produk mudahnya mendapat distributor aftermarket,”sebutnya.

Perkembangan skena modifikasi di ranah lokal dirasakan juga oleh pegiat modifikasi dan punggawa Oto Gammara, Aedy Mawardi. Saat ini skena modifikasi di Makassar  mulai tumbuh seiring dengan meningkatnya kesadaran para modifikator terhadap aliran modifikasi lebih spesifik. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah modifikator yang beralih membangun mobil modifikasi proper, terarah dan fungsional. Bila sebelumnya tren modifikasi bertendensi pada kontes tampilan mobil semata.

“Karena mengacunya ke ekosistem modifikasi itu sendiri. Sebut saja, seperti kontes, bengkel modifikasi kredibel dan distribusi barang aftermarket. Apalagi kebutuhan pasar saat ini lebih mengacu ke produk anak bangsa,” terangnya.

Menyoal edukasi modifikasi memang bukanlah hal mudah. Untuk menggaungkan poin modifikasi proper misalnya, sejumlah proses bersifat “diskusi tongkrongan” karena lebih efektif dan interaktif daripada memberikan literasi yang membutuhkan pemahaman teknis.

Ia mencontohkan kondisi yang terjadi saat ini, tren modifikasi tergantung di lingkup pertemanan dan komunitas. Setiap modifikator punya sense of build yang berpengaruh terhadap lingkup para pegiat di dalamnya. Setiap komunitas punya karakter berbeda.

“Beberapa workshop mengkampanyekan proper itu enak dilihat, tidak ada tolok ukur tertentu. Mobil dengan modifikasi extreme sekalipun dapat dikatakan proper selama modifikasinya berfungsi. Misalnya dari pemasangan turbo untuk mendongkrak performa mesin, tapi tidak memerhatikan opsi weight reduction. Percuma,”paparnya.

Ia menambahkan, kini produk anak bangsa yang dulu dipandang sebelah mata, perlahan mulai dikenal di skena otomotif dunia. Kondisi ini tentu harus didukung dengan jejaring komunitas yang solid dan konsisten berkarya di negeri sendiri. “ Kami optimis Indonesia bakal menjadi salah satu barometer otomotif kelas dunia. Terutama para influencer otomotif dapat menyentuh para pegiat disini untuk mengarahkan modifikasi tepat guna,” tutupnya.

- Advertisement -