NMAA News – Fenomena mobil modifikasi bergaya stance saat ini kerap menemukan keterbatasan, semisal gesrot atau handling yang kurang nyaman. Tapi, untuk mengakomodir dampak negatif yang muncul bisa dilakukan dengan basis lingkar fender bawaan. Caranya?
Nah, unggahan video NMAA TV dalam program ModifVLOG #64 menayangkan perbincangan dengan founder Antelope Ban, Ryan Melano yang notabene trendsetter gaya modifikasi fat ballers atau dikenal dikemudian hari mendapat penyegaran dengan nama ‘bespoke fitment’.
Lantas bagaimana awal tren tersebut muncul di Indonesia? Tuner spesialis kaki-kaki mobil satu ini banyak menyerap ilmu modifikasi terutama dari car culture Jepang dan Amerika Serikat (AS).
“Bedanya gini, Jepang itu punya tren pakai pelek lebar kira-kira sekitar 2000-an awal. Sudah tahu semua orang juga dengan hasil modifikasi dari sana. Di sisi lain Amerika kalau bikin produk itu lebih state of the art,”ujar Ryan kepada Tim NMAA TV, (12/2).
Dari dua car culture tersebut sudah cukup membuat Ryan mengkomparasikan ide yang dimaksud. Apalagi bagi tuner ramah ini, modifikasi juga memerlukan improvisasi tanpa melebar ke ranah yang dapat berdampak buruk saban hari.
“Terus saya lihat dari segi produksi Amerika itu gapunya table, spesifikasi pelek berdasarkan apa yang saya mau. Misalnya lebar 9,75 offset 40,5 mereka masih bisa. Bahkan tingkat presisinya dihitung dari milimeter. Ya, mereka mampu pikirkan apa yang saya pesan,” lanjut Ryan.
Ketika memasuki 2012 dengan masuknya tren modifikasi Hella Flush. Ryan menampilkan tren modifikasi dengan konsep yang mirip.Tak heran, ketika ia menyambangi SEMA Show 2015, produsen pelek ADV heran dengan hasil karyanya dalam sektor kaki-kaki dengan hasil spek velg maksimal diikuti ungkapan ‘no rubbing issue’.
Sebetulnya, fat ballers itu sendiri tidak bisa disejajarkan dengan hellaflush yang identik dengan sebutan ‘ceper mampus’ dengan produk pelek aftermarket yang mengacu pada tren semata. Karena itu, Ryan menerangkan sebuah analogi. Ketika sebuah mobil modifikasi dilihat dari lini samping atau belakang dengan tampilan fitment kandasnya ban mobil tersebut terlihat mengintip keluar fender.
“Menurut saya itu kurang maksimal. Kita ambil sampai as dalem supaya mobil bisa terlihat lebih indah. Masa iya misalkan mobil sudah wide body tapi ban-nya kecil?” tutur Ryan.
Racikan khusus dari fat ballers sebenarnya mengkomposisikan lebar pelek, ban, dan offset. Karenanya tidak lagi memerlukan spacer untuk mengecilkan off-set.
“Misalnya Mercy S-Class terbaru W33, kita pakai pelek berukuran 22×9, 22×10,5, 22×11 misalnya. Kalau dateng ke saya 22 sih pasti. Lalu saya suguhkan, misalnya lebar 12.5 pakai ban 335 mau enggak? Oke jadi ga mungkin ditolak soalnya beli 11 inci sama 12,5 harganya tetap sama,” ulasnya.
Nantinya komposisi tersebut bisa menghasilkan gaya pelek hampir nyentuh sisi luar fender dengan fitment ban yang masih normal. Meski begitu, mobil masih nyaman dikendarai dan menghasilkan clear corner ketika berbelok. Supaya bisa dapat maksimum fitment.
View this post on Instagram
“Tampilan fitment bagus itu sebetulnya relatif. Menurut saya hasil fitment saya harus bagus saja. Makanya, kalo sama pelanggan dia request nya gimana saya udah bisa kasih opsi lebih baik. Ya walaupun untuk tampilan dari memaksimalkan sisi fender belum tentu pada suka,”ungkapnya.
Atas pencapaian tersebut, dia melewati banyak momen menarik yang dialaminya. Apalagi saat 1999 sepulangnya dari Amerika, hingga saat ini Ryan Melano sudah mengisi 22 tahun menggeluti bidang modifikasi. Selama menjalankan bisnis Antelope Ban yang sudah menginjak generasi kedua ini, karyanya selalu mendulang decak kagum dari para car enthusiast.
“ Kalau cuma dagang pelek aftermarket saja apa hebatnya? Tentunya perlu sesuatu yang lebih. Saya saja hanya punya 6 orang pegawai masih bisa buat karya yang anti mainstream,” tutup tuner yang berdomisili di Kota Bogor tersebut.
Ingin tahu lebih lengkapnya? tonton video ModifVLOG 64 hanya di kanal Youtube NMAA TV.