NMAA News – Bersamaan dengan peresmian dealer Ferrari di Indonesia yang dikelola PT Eurokars Prima Utama (EPU) sebagai importir dan distributor eksklusif semua model Ferrari di Indonesia, Eurokars juga meluncurkan Ferrari plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) ‘SF90 Stradale’ dan V8 2+ coupé terbaru, ‘Ferrari Roma’.
Ferrari SF90 Stradale merupakan model Supercar PHEV pertama, dan Ferrari Roma merupakan kelanjutan terkini dari Grand Tourer sebagai model legendaris Ferrari. Kendati memiliki keduanya memiliki karakter berbeda, namun disatukan dalam semangat DNA Prancing Horse. Yakni, kedua model ini kompak menampilkan gaya, kemewahan, dan kecepatan.
Dengan bentuk ramping dan desain abadi tidak lekang waktu, Ferrari Roma menjadi perwujudan “La Nuova Dolce Vita” yang membangkitkan gaya hidup senang dan menawan di 1950-an dan tahun 1960-an di Roma.
Desain eksterior halus, elegan dan minimalis ini disandingkan serangkaian teknologi terkini seperti rear spoiler adaptif yang mempertahankan keanggunan saat ditutup namun berfungsi maksimal secara otomatis membantu downforce di kecepatan tinggi.
Dalam keterangan resmi tertulis yang dikirim ke redaksi NMAA.co.id pada Senin (15/3/2021), pihak PT EPU atau Eurokars menyebut beberapa hal menarik supercar ini. Ferrari Roma dirancang sebagai mobil performa tinggi alias kencang namun memiliki kenyamanan berkendara luar biasa, sehingga masih cocok dipakai harian.
Secara desain, sosok Ferrari Roma sebagian besar terinspirasi dari model grand touring Ferrari yang melegenda era 1960-an. Sport coupe ini dirancang mengusung front-engined dengan bentuk sederhana, namun tetap elegan berkat desain ‘2+ fastback coupe’.
Ferrari Roma juga memperl‹enaIkan serangkaian fitur tak tertandingi yang menempatkannya di puncak kelasnya dalam performa dan kenikmatan berkendara.
Berangkat dari versi Grand Tourer, Roma membawa perspektif baru terutama mengusung powertrain baru yang disandingkan girboks 8-speed gearbox, pengenalan pertama kali “five- position mannetino”, dan rasio tenaga/berat terbaik di kelasnya.
Semua ini menjadikan Ferrari Roma sebagai mobil paling bertenaga dalam sejarah Ferrari sekaligus menyenangkan dikendarai dengan mesin tipe mid-front-engine V8 2+. Terlebih lagi, konsep ini didul‹ung kemampuan berkendara sehari-hari serta kenyamanan “on-board” luar biasa.
Kunci utama performa Roma adalah mesin V8 3.9 liter turbocharged. Performa mesin ini sudah diakui dan pernah mendapat penghargaan mesin terbaik. Mesin versi terbaru ini berhasil menaikkan tenaga 20 hp menjadi 620 hp dibanding versi sebelumnya. Mesin ini sama dengan yang dipakai Portofino M (Modificata) dan telah mengadopsi manajemen Variable Boost Ferrari yang memberi kurva torsi identik mesin naturally aspirated.
Kemampuan akselerasi Roma pada 0–100 kpj tercatat hanya 3,4 detik. Sedangkan 0-200 kpj direngkuh hanya dalam 9,3 detik. Untuk top speed, catatan Roma menunjukkan di atas 320 km/jam. Prestasi ini selain didukung mesin V8, juga berkat kombinasi transmisi DCT 8-speed, yang dipakai SF90 Stradale.
Transmisi DCT yang disematkan pada Roma ini, bobotnya lebih enteng 6 kg dibandingkan transmisi 7-percepatan pada versi sebelumnya. Dengan ekstra gear ratio, akselerasi dengan perbandingan gigi yang lebih rendah (1 – 7) menjadi lebih baik lagi. Sedangkan untuk jarak jauh (cruising) lebih cocok memanfaatkan gigi 8.
Transmisi ini dapat menghemat konsumsi BBM dan emisi gas buang yang lebih ramah lingkungan. Proses perpindahan giginya juga lebih cepat 23 persen dan halus dari versi sebelumnya. Yang mengejutkan adalah, Roma sangat enak dibawa cruising pada 1.000 rpm. Torsi puncak 760 Nm didapatkan pada gigi 7 dan 8.
Penggunaan oli viskositas rendah pada transmisi serta sejumlah pengembangan teknologi, membuat Roma responsif saat dibawa ngebut, tetapi juga nyaman dalam situasi stop and start. Secara basis model, transmisi Roma sama seperti yang digunakan SF90 Stradale. Jika transmisi Roma ada tambahan reverse gear, sementara SF90 Stradale menjadikan motor listrik sebagai pengganti gigi mundurnya.
Untuk memenuhi standar emisi yang berlaku, terpasang filter baru di belakang catalytic converter. Komponen ini bisa meredam suara knalpot, namun suara terdengar di luar tetap gahar. Pasalnya, Roma adalah Ferrari yang jauh lebih ‘anti-sosial’ dibandingkan model Ferrari lainnya.
Aspek aerodinamika Ferrari Roma menjamin downforce maksimal berkat sistem pengaturan otomatis pada wing spoiler belakang. Pada kecepatan 250 kpj misalnya, Roma menghasilkan downforce 95 kg lebih banyak dari model Ferrari 2+ lainnya, seperti Portofino. Hal ini dapat tercapai berkat generator pusaran di bagian bawah bodi mobil dan aerodinamika aktif di bagian belakang, menghasilkan downforce efisien pada roda depan. Sementara itu, spoiler elektrik menghasilkan downforce di belakang guna menyeimbangkan mobil secara optimal, terutama pada kecepatan tinggi.
Sementara interiornya, Roma menampilkan evolusi ‘Dual Cockpit’ yang memberikan dua ruang terpisah masing-masing untuk pengemudi dan penumpang. Hal ini jadi keuninkan tersendiri, di mana mobil-mobil dari merek Kuda Jingkrak biasanya lebih berorientasi pada pengemudi. Namun kali ini kabin Roma memiliki struktur yang hampir simetris, yang memberikan distribusi ruang dan elemen yang organik.
Roda kemudi menghadirkan serangkaian kontrol multi-touch yang memungkinkan pengemudi mengendalikan segala aspek mobil tanpa melepaskan tangan dari kemudi. Kontrol tradisional termasuk 5-position manettino, lampu, wiper kaca depan dan indikator. Kontrol haptic baru termasuk touchpad praktis di sebelah anan roda yang memungkinkan pengemudi untuk menavigasi central cluster screens, sementara suara dan Adaptive Cruise Control ada di sebelah kiri setir.
Di antara dua kokpit, terdapat tampilan opsional layar HD berukuran 8.4 inci yang sangat intuitif dan mudah digunakan. Layar ini mengakomodasi fungsi infotainment, sat-nav, dan kontrol iklim lainnya. Pengalaman penumpang mencapai sebuah sensasi baru dengan layar sentuh “8.8” colour FuII HD” opsional di hadapannya, tidak hanya menampilkan angka dan status performa mobil, tetapi juga dapat digunakan untuk berinteraksi dengan sistem “on- board” untuk memilih musik, melihat informasi sat-nav, dan mengatur fungsi AC. kadi intinya, penumpang dapat menjadi seorang “co-driver”.