Terbukti Unggul di Medan Reli, Ini Kunci Keberhasilan Mitsubishi Xpander AP4

0
- Advertisement -

NMAA News – Setelah meraih sukses di tampilan perdana sekaligus uji coba sesungguhnya di medan reli Meikarta Sprint Rally pada 2020 lalu, Mitsubishi Xpander AP4 kembali menunjukkan performa optimalnya di medan reli Kejurnas Fortuna Nusantara Tropical Sport Rally 2021 pada 10-11 April 2021 yang berlangsung di Sirkuit Badak, Tanjung Lesung, Banten.

Mendominasi hari pertama di Kejurnas Sprint Rally tersebut, 10 April 2021, penampilan Xpander AP4 tetap konsisten hingga akhir lomba dengan catatan waktu total 10 menit 8,2 detik, atau lebih unggul jauh 11 detik atas pesaing mereka yang berada di posisi kedua. Xpander AP4 menjadi sosok fenomenal lantaran sebuah MPV keluarga menjadi mobil reli, membuat penasaran banyak orang, apa kunci keberhasilan Xpander AP4 sehingga bisa unggul.dibanding kompetitornya?

Terkait keunggulan dan kelincahan Xpander AP4, penulis jadi teringat ketika kali pertama mencoba Xpander dalam Media Test Ride dari Semarang menuju Yogyakarta sekitar tahun 2018. Saat itu, brand ambassador Xpander, Rifat Sungkar yang juga pereli nasional ini mengungkapkan bagaimana kelebihan yang dimiliki Xpander sebagai sebuah MPV Keluarga.

“Saat pertama kali mencoba Xpander di pusat riset Mitsubishi di Okazaki, Jepang, pada 2017, saya langsung mendapat feeling kalau MPV ini punya handling yang sangat baik buat sebuah MPV. Sebagai sebuah MPV, Mitsubishi Xpander bisa dikendalikan sangat mudah, padahal jarak wheelbase-nya panjang,” jelas Rifat.

Salah satu faktor pendukung adalah sektor kaki-kakinya. “Platform dan geometri kaki-kakinya mirip sedan legendaris reli, Mitsubishi Evolution,” jelas Rifat yang paham seluk-beluk Evolution yang menjadi tunggangan andalannya saat turun balap reli. Sepulangnya dari Jepang, ia pun membawa sejumlah ide ‘liar’ yang berangkat dari fakta yang dimiliki Xpander.

Pada kanal Youtube Rifat Sungkar yang mengupas tuntas sosok Xpander AP4, ia mengungkapkan bagaimana memulai membangun Xpander menjadi mobil reli sesuai regulasi AP4 tersebut, berasal dari sebuah mimpi dan cita-cita. “Bukan sekadar mimpi berhalusinasi, tapi lebih pada bagaimana mewujudkannya. Xpander membawa bibit karakter yang membuatnya bisa turun di ajang reli Asia Pasifik tersebut,” ujar Rifat.

Dalam kanal Youtube tersebut, ia mengungkapkan kalau desain dan pengembangan Xpander menjadi Xpander AP4 inilah yang akhirnya dikembangkan secara massif oleh PT MMKSI menjadi sebuah pengembangan model baru yang menggabungkan sosok MPV dengan kemampuan SUV (atau sering disebut juga crossover) yang dilabeli Mitsubishi Xpander Cross.

Rifat akhirnya berdiskusi banyak secara teknis dengan timnya. Niatnya semakin membuncah ketika idenya tersebut disambut positif jajaran manajemen PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI). “Mereka mendukung total niat saya tersebut untuk diwujudkan. Dukungan mereka ini sebagai bentuk upaya bahwa performa Xpander tidak hanya untuk kebutuhan keluarga, tapi juga berkemampuan turun di medan reli yang berat.”

Menurut Rifat ada 3 faktor yang membuatnya yakin kendaraan MPV keluarga ini bisa dirombak atau dimodifikasi menjadi mobil reli. “Yakni struktur rancang bangunnya, sektor kaki-kaki atau suspensi dan tipe mesin yang diusung Xpander. Semuanya ini bisa masuk regulasi AP4,” jelasnya. Pendapatnya ini juga didukung tim Ralliart Selandia Baru yang menangani modifikasi mobil ini.

Soal rancang bangun, saat mengubah Mitsubishi Xpander menjadi Xpander AP4, Rifat dan tim Ralliart Selandia Baru sepakat kalau Xpander memiliki keunggulan pertama pada rancang bangun yang dimiliki Xpander. Ditambahkannya, Mitsubishi Xpander standar dibekali faktor distribusi dan keseimbangan berat kendaraan yang baik dan mumpuni sejak awal lahirnya. “Ini modal awal yang membuat saya semakin yakin, kalau Mitsubishi Xpander bisa dirombak menjadi mobil reli Xpander AP4,” lanjut Rifat.

Berikut kunci kesuksesan dan keunggulan Mitsubishi Xpander AP4 yang bersinergi dengan kemampuan mumpuni Rifat Sungkar, yang akhirnya bisa membawa mobil ini menjadi juara di beberapa penampilan perdananya.

Rancang Bangun Bodi Xpander AP4

Sejatinya, fakta utama Xpander bisa diaplikasi menjadi mobil reli regulasi AP4 tersebut lantaran bobot standarnya yang mencapai 1.780 kg. Menurut Rifat di kanal Youtube-nya, bobot kendaraan reli AP4 sesuai spesifikasinya untuk kategori mesin 1.600cc di angka 1.230 kg. Sementara untuk kategori mesin 1.800cc Turbo ditentukan berbobot maksimal 1.300 kg.

“Bobot Xpander masuk kategori ini, kemudian yang lebih baik lagi ia punya weight balance yang baik,” kata Rifat lagi. Ia menambahkan, sebagai perbandingan, menurut Rifat, bobot mobil reli Grup N itu berkisar 1.450 – 1.550 kg. Sehingga selanjutnya, ia pertama fokus pada pengurangan bobot Xpander agar sesuai regulasi AP4 untuk kategori mesin 1.600 cc yakni 1.230 kg.

Rifat dan tim Ralliart Selandia Baru akhirnya memutuskan untuk langkah pertamanya dengan melakukan beberapa modifikasi yang terkait pengurangan bobot Mitsubishi Xpander. “Faktor weight distribution dan weight balance dari mobil LMPV andalan Mitsubishi itu sudah sangat ideal untuk berkompetisi di balapan reli,” kata Rifat yang sudah 20 tahunan lebih bergelut di dunia balap reli.

Layaknya mobil reli dalam pemapasan bobot, seluruh pernik interior dipreteli mulai dari dashboard, panel trimming, hingga jok depan-belakang. Selanjutnya, mengganti kaca mobil yang berat dengan bahan plexiglass agar lebih menyesuaikan diri dengan peraturan kategori AP4 dalam pengurangan bobot,” jelas Rifat seperti dikutip di kanal YouTube Rifat Sungkar.

Aplikasi plexiglass pengganti kaca saja mampu membuat bobot mobil hemat hingga 8 kg dari versi standar. Berbagai perubahan pada interior membuat Mitsubishi Xpander AP4 akhirnya mampu memenuhi regulasi bobot yang ditetapkan AP4. “Kita coba sesuaikan dengan regulasi yang ada, meski terus terang, sizing mobil memang lebih besar dari mobil reli yang biasa,” ucap Rifat Sungkar.

Bodi dan desain Xpander standar mengalami beberapa penyesuaian untuk memenuhi regulasi AP4 dan kaidah aerodinamika saat di kecepatan tinggi dengan medan variatif. Penyesuaian tersebut antara lain dilakukan pada desain bumper dan gril untuk mendukung aerodinamikanya di kecepatan tinggi.

“Seperti di awal saya bilang, coba lihat bumper dan gril mirip Xpander Cross. Desainnya demikian untuk mendukung agar cornering-nya bisa maksimal dan berjalan baik,” ucap Rifat. Begitu pula pada over fender warna hitam, mirip yang disematkan pada Xpander Cross. Dimensi Xpander AP4 ini juga lebih lebar 10-12 cm dari versi standar.

Kap mesin ada dua lubang untuk membantu pendinginan mesin dan intercooler turbo. Beralih ke bodi samping, untuk kepentingan balap posisi kaca spion juga mundur sekitar 20 cm. Desain kaca spion lebih kecil selain mengurangi bobot, juga untuk mengejar nilai aerodinamikanya.

Posisi kaca spion yang mundur ini guna mengimbangi posisi jok pengemudi yang juga mundur hingga sedikit di belakang pilar B. Posisi jok mundur selain menyesuaikan dengan postur tinggi badan Rifat, juga berperan penting memperkuat aspek ‘weight distribution’ total yang lebih baik dan mendukung handling Xpander AP4 di kecepatan tinggi.

Langkah penyesuaian juga dilakukan pada sektor bodi belakang. Lingkar fender belakang sedikit dipapas dan diberi sentuhan ‘wide body’ guna menyesuaikan posisi sumbu roda. “Selain panjang, Xpander juga punya lebar yang proporsional di kelasnya. Sehingga dalam bermanuver, Xpander standar sangat stabil dan nyaman dikendarai,” imbuh Rifat yang penyuka mobil klasik terutama Volkswagen dan Porsche ini.

Di buritan, Xpander AP4 juga menjalani langkah penyempurnaan. Kap bagasi diganti bahan carbon fiber yang ringan namun kuat. Kaca belakang yang berdimensi besar, juga diganti plexyglass yang mampu memangkas hingga bobot 8 kg.

Proses modifikasi yang seru di bagian belakang ini menurut Rifat saat terjadi perdebatan dan diskusi panjang mengenai model wing spoiler. “Ada beberapa model ditawarkan. Semuanya saya coba satu-persatu. Akhirnya saya pilih model paling besar dan bertingkat dua. Karena hasil uji coba, mampu memberi efek downforce lebih besar dan kuat sehingga bokong mobil tidak gampang membuang. Lebih mudah dikendalikan,” paparnya.

Sektor Kaki-kaki Disempurnakan Mengikuti Regulasi AP4

Yang tak kalah dengan racikan bodi guna menentukan handling yang stabil di kecepatan tinggi dan ‘tajam’ diajak bermanuver, menurut Rifat, bergantung pada ‘setting’ suspensi. Namun asiknya regulasi AP4, semua desain dan setting suspensi depan-belakang unit AP4 memiliki konfigurasi yang sama, sehingga lebih menajamkan tingkat persaingan.

Penyelenggara dan pengembangan AP4 dikelola Badan Motorsport di Australia dan New Zealand. Mereka ini merancang regulasi seobyektif mungkin agar pelaksanaan lomba lebih sekompetitif mungkin. “Semua desain dan komponen suspensi dibuat sama penyelenggara AP4. Apapun model dan merek mobilnya, mereka bikin sama semua model suspensinya. Ini tentunya meningkatkan persaingan lebih kompetitif di antara pebalap,” ceritanya.

Tak hanya desain atau konfigurasi suspensi yang dibikin sama, namun juga komponen barang yang dipakai. Diberikan rekomendasi merek tertentu agar bisa dipilih pesertanya. “Xpander AP4 ini sudah menggunakan AP Kit Full Suspension. Paketnya mencakup sokbreker dan strut-nya, trailing arm, cross member, stabilizer, hingga komponen rem.”

Seperti di sektor girboks, untuk komponen rem, AP4 menyajikan 2 merek berbeda dengan fungsi dan performa yang sama, yakni produk Brembo 4-pot dan AP Racing 4-pot. Xpander AP4 sendiri menggunakan Brembo dengan kampas rem Endless. Untuk sokbreker dan per-nya, Xpander AP4 memilih produk MCA, tersedia pula merek lain yakni Raider.

Untuk setting kaki-kaki, menurut Rifat juga ada persamaan di travel suspension yang mencapai 9 inci. Spesifikasi ini tentunya lebih tinggi dari mobil rally Grup N yang hanya 5 inci. Makanya ground clearance mobil AP4 juga lebih tinggi.

Interior minimalis mendukung pemangkasan bobot

Selesai garapan di eksterior, layaknya mobil balap, interior Xpander standar ‘ditelanjangi’ hingga polos. Tujuannya, pemangkasan bobot besar-besarn agar sesuai regulasi. Semua pernik aksesori interior yang tak perlu dipreteli. Mulai dashboard, konsol, trimming pintu, jok, karpet-karpet, hingga plafon, semua habis dilucuti.

Sebagai pengganti, dashboard direka ulang dengan bahan carbon yang ringan, aplikasi setir quick release dengan panel LCD yang berisi informasi fungsi mesin dan perangkat pendukung, penyematan bucket seat, rollbar sesuai regulasi AP4, hingga sistem mekanis pedal set racing dengan tuas hidraulis yang berpindah ke bawah. “Lihat saja, sekarang tampilan dashboard lebih clean tanpa da aksesori apapun,” ucap Rifat.

Uniknya, ada perbedaan Xpander AP4 dan Xpander standar pada lantai kabin. Kalau pada versi standar lantainya cenderung rata, maka lantai dek kabin Xpander AP4 memiliki ‘gundukan’ yang dikolongnya berisi as gardan dan saluran udara pendinginan untuk turbo agar proses pendinginannya lebih maksmal.

Di kabin belakang, selain diisi tangki bensin dan ban cadangan yang ada 2 buah, terdapat pula tabung pemadam kebakaran yang pengaturannya bisa dilakukan dari posisi pengemudi. Tabung pemadam ini lebih difokuskan untuk pemadaman api di kabin dan di ruang mesin yang punya potensi besar terbakar.

Khusus rollbar, tim Ralliart sempat beberapa kali melakukan rekonstruksi desain guna menyesuaikan input dari AP4 berupa pola desain dan ukuran rollbar agar sesuai standar keamanan akibat kabin Xpander AP4 yang panjang. “Perlindungan rollbar harus maksimal, mengingat format Xpander kan MPV bukan sedang yang kabinnya kecil. Kalau ditilik, posisi rollbar bagian depan lebih turun ketimbang di titik tengah. Ini bertujuan mendapat titik tumpuan ideal yang mampu menyangga kabin saat ada kejadian,” papar Rifat.

Hal menarik lainnya, menurut Rifat, ketentuan AP4 yang mengatur efisiensi dalam pemakaian komponen di sektor suspensi. Seperti contoh, semua kendaraan AP4, mengusung peranti rem sama di keempat rodanya. Begitu pula komponen lain seperti stabilizer dan sokbreker yang juga sama di keempat rodanya.

Makanya tak heran, mounting sokbreker belakang Xpander AP4 ini posisi tinggi sekali, hingga masuk ke dalam dek kabin. Aplikasi komponen yang sama ini selain memudahkan di aspek teknis, juga membuat kemudahan dalam proses penyediaan cadangan komponen yang harus dibawa tim sehingga lebih ringkas dan hemat.

Mesin Xpander AP4 Berbasis Mesin Lancer Evolution X yang Disesuaikan Regulasi AP4

Pereli Rifat Sungkar sejak turun reli sudah dikenal membesut Mitsubishi Lancer Evolution. Pemahaman dan ketersesuaian dirinya dengan karakter mesin Lancer Evolution inilah yang akhirnya turut menginspirasi saat membangun Xpander AP4. Mempertahankan atau mengembangkan mesin Xpander yang berkode 4A91 untuk turun di AP4 jelas butuh banyak riset dan uji coba.

“Dalam regulasi AP4, sebuah kendaraan yang masih 1 merek, diperbolehkan turun dengan memakai engine series lain yang mereka punya. Artinya, Xpander AP4 tidak haram untuk memakai mesin model lain, asalkan masih dalam satu merek dan satu generasi. Jadi ini untuk sekaligus menjawab mereka yang tidak paham dan asal bicara, bahwa Xpander AP4 bisa menang karena langsung engine swap pakai mesin Evo X,” jelas Rifat.

Dalam aturan AP4, kategori mesin terbagi 2 yakni; 1.600 cc Turbo dan 1.800 cc Turbo. Khusus untuk Xpander AP4, pengembangan mesin dilakukan tim Ralliart New Zealand dan Australia. “Atas pertimbangan tertentu, saya pilih mesin 1.600cc Turbo. Karena lebih realistis untuk ke depannya. Balap WRC saja sekarang sudah 1.600cc, juga balap F1 kini juga sudah 1.600cc,” jelas Rifat.

Berdasarkan regulasi AP4 tersebut, mesin Xpander AP4 memanfaatkan mesin Evo X berkode 4B11 yang dikenal sebagai basis pacu dari Mitsubishi Evolution X. Guna memenuhi regulasi, mesin berkapasitas 2.0 liter ini harus dipangkas menjadi 1.6 liter agar masuk kelas AP4.

“Dalam konteks dunia balap, menurunkan kapasitas mesin sudah lumrah atau ‘tidak haram’. Tidak hanya di AP4, hal ini sudah sering berlaku di balap lainnya seperti F1 hingga WRC sekalipun,” beber Rifat dalam review di kanal Youtube-nya. Pengembangan mesin ini dilakukannya bersama tim Ralliart di New Zealand dan Australia.

Sedikit buat info tambahan, mesin Evo X 2.0L Turbocharged berkode 4B11 merupakan versi lanjutan mesin legendaris Lancer Evolution generasi sebelumnya yang berkode 4G63T. Huruf ‘T’ di sini untuk menandakan bahwa mesin tersebut sudah mengusung peranti induksi Turbocharger.

Mesin 4G63T ini di kalangan speedfreak, dikenal bandel dan memiliki performa gahar. Mesin ini pertama kali diluncurkan Mitsubishi pada pertengahan 1980-an dengan tipe N/A (4G63) 4-silinder berkapasitas 1.997 cc. Dalam perjalanannya, sebelum diaplikasikan ke seri Evo saja, mesin tipe ini lebih dulu menempel di Mitsubishi Eterna GTi. Daya yang dihasilkan  145,5 hp / 6.500 rpm dan torsi maksimum 169,7 Nm / 5.000 rpm. Cukup menjadi fenomena di masanya.

Mesin 4G63T cukup lama setia menemani Lancer Evolution I hingga IX. Kendati secara fisik terlihat sama, namun jeroan mesin 4G63T ini berbeda sehingga output daya dan torsi yang dihasilkan semakin meningkat. Perubahan kubah ruang bakar, piston, hingga setting pengapian menjadi porsi pengembangannya.

Generasi selanjutnya, mesin 4B11 4-silinder segaris 2.0L Turbocharged mulai dipakai Lancer Evolution X sejak 2008. Mesin ini juga dipakai oleh Galant Fortis yang disematkan turbo. Kehadiran mesin 4B11 yang berbasis aluminium ini menjadi fenomenal di pasar domestik Jepang, lantaran mampu menyemburkan daya hingga 280 hp dengan torsi maksimum mencapai 422Nm. Sedangkan versi Amerika-nya mencapai 295 hp dan versi Inggris hingga antara 300 – 360 hp.

Di generasi kesepuluh ini Lancer Evolution X mengusung mesin baru 4B11T 2.0L turbocharged, all-aluminium inline-4 engine. Tenaga mobil ini sangat bervariasi tergantung pasar yang dituju, tapi tenaga minimal untuk Lancer Evolution X ini adalah 280 hp. Di Inggris generasi ini bahkan bertenaga antara 300 hp sampai 360 hp.

Balik ke mesin Xpander AP4 4-silinder 1.6L Turbocharged, mengusung perangkat induksi turbo yang unik. Pasalnya, intercooler tidak dipasang dibalik gril, melainkan diposisikan di belakang mesin dekat firewall ruang mesin. Sepintas Xpander AP4 tidak ada turbonya. Menurut Rifat, posisi turbo intercooler pada Xpander yang paling tepat seperti ini adanya. “Pick up power lebih bagus, airflow lebih akurat, weight distribution lebih bagus, dan nilai aerodinamika pada kecepatan tinggi juga lebih bagus,” ungkap Rifat.

Rifat juga menyatakan puas atas kinerja pendinginan mesin dan perangkat turbonya. Desain air scoop pada bumper dan gril sangat membantu proses pendiginan di ruang mesin. Bahkan agar optimal, posisi radiator dipindah ke bawah dan diposisikan agak miring dan sebelahan dengan intercooler turbo. Posisi miring ini menurut Rifat karena untuk mendapat embusan tekanan angin segar dari arah depan.

Rifat dan Obsesinya dengan Xpander AP4

Banyak orang bertanya ke dirinya, mengapa memilih dan membangun sebuah Xpander untuk ajang AP4? Rifat menegaskan kalau semuanya berdasarkan prinsip kecintaannya pada Indonesia. “Xpander dikembangkan dan dibikin di Indonesia. Disesuaikan keberadaanya dengan kebutuhan mayoritas masyarakat Indonesia. Makanya ketika ingin membuat mobil rally, saya pilih mobil yang paling dekat dengan kebutuhan atau tipikal masyarakat Indonesia. Yang mana untuk fungsi hariannya berguna bagi rakyat Indonesia, dan fungsi lainnya mampu membawa nama harum Indonesia,” tegas Rifat.

Diakuinya, ketika pertam kali mencoba Xpander di Jepang tersebut, dirinya langsung jatuh hati karena platform-nya mirip dengan Evolution X yang sering dibawanya turun di ajang reli. “Cerita Xpander AP4 akan menjadi cerita menarik selanjutnya dan tentunya ini tidak lepas dari dukungan total PT MMKSI. Misi dan mimpi saya mewujudkan kendaraan keluarga satu-satunya yang bisa turun balap akhirnya terwujud. Hasil yang didapat sekarang ini bukan hanya Rifat yang menang, tapi Indonesialah yang menang!”, pungkas Rifat menutup review Mitsubishi Xpander AP4 di kanal Youtube-nya.

Foto: Dok MMKSI, Capture Youtube:Rifat Sungkar

- Advertisement -