NMAA News – Tahukan kalian kalau akselerasi dan efisensi mobil tak mutlak bergantung pada teknologi mesin. Semakin ringan bobot kendaraan tentu beban mesin turut berkurang. Kombinasi terdahsyat tentu saja dengan menanamkan dapur pacu bertenaga sebesar mungkin pada mobil yang seringan mungkin.

Makanya saat ini dan beberapa dekade ke depan, serat karbon bakal masih menjadi material terseksi untuk konstruksi kendaraan ekstra ringan. Bayangkan saja, bobot kendaraan dapat terpangkas hingga 6%, konsumsi bahan bakar berkurang 30%, dan emisi karbon dapat menyusut hingga 20% hanya dengan aplikasi materi super ringan ini sebelum menyinggung kemampuan mesin.
Sebagai ilustrasi sederhana, sebuah sedan dengan bobot 1.500 kg bertenaga 110 hp memiliki rasio 13,6 kg/hp. Kalau konstruksi sedan tersebut menggunakan material serat karbon sepenuhnya, maka bobotnya dapat menyusut menjadi 600 kg saja dan rasio bobot per tenaga meningkat menjadi 5,4 kg/hp atau setara dengan kendaraan seberat 1.500 kg dengan mesin bertenaga 277 hp!

Hebatnya lagi, serat karbon ini bebas korosi, kokoh, minim perawatan, dan tentu saja juga mendongkrak penampilan. Sayangnya material ini sama sekali tidak dapat diperbaiki ketika retak apalagi patah. Tidak seperti logam yang rongsokannya pun dapat dilebur untuk digunakan kembali.
Meski material ini telah diciptakan sejak awal tahun 1960-an, materi tanpa logam ini masih teramat mahal untuk diaplikasikan ke semua mobil. Sekitar 15 dolar Amerika per pound, sementara baja kurang dari 40 sen per pound. Itu pun sudah lebih murah dibandingkan sepuluh tahun lalu yang masih seharga 100 dolar Amerika per pound. Tak heran hanya mobil-mobil super eksotis yang benar-benar dimanjakan material ini.
Lamborghini Sesto Elemento adalah satu-satunya mobil yang nyaris seluruhnya terbuat dari karbon mulai sasis, bodi, kaca, hingga velg. Hasilnya adalah supercar seberat 999 kg dengan rasio 1,7 kg/hp, cukup mengagumkan mengingat mesin V10 5,2 liternya “cuma” bertenaga 570 hp.
Proses pembuatannya juga tak kalah rumit dan harus dikerjakan secara manual. Pertama-tama lembaran-lembaran serat karbon yang mirip lembaran kain ditempelkan pada cetakan yang menyerupai produk akhir seperti sasis atau kap mesin dan diisi dengan epoksi. Selanjutnya proses pengovenan selama kurang lebih 90 menit untuk mengeraskan struktur.
Usaha untuk memproduksi serat karbon secara massal terus dilakukan untuk menekan biaya produksi. Antara lain dengan proses pengovenan dengan induksi infra merah yang hanya 17 menit dan penggunaan resin yang lebih encer sehingga proses pencetakan hanya dalam waktu tujuh menit.