NMAA News – ProRock Engineering, bengkel asal Solo, Jawa Tengah berawal dari passion sang Owner Widodo Teguh saat memotong-motong Jeep C7. Jip 4×4 asal Amerika Serikat ini telah menjadi trend setter di kalangan pecinta off-road, bahkan tak sedikit film bergenre aksi menjadikannya tokoh penting pembawa semangat Amerika!
Di tangan Widodo, C7 menjadi proyek pertama saat ProRock berdiri. Meski saat itu, menurutnya nama ProRock hanya sebatas tim Off-road tarkam.
“Enggak pernah kepikiran membangun bisnis. Sampai akrab sama dunia off-road, mau cari builder di Indonesia enggak ada yang sesuai standar safety yang aku cari. Akhirnya memutuskan lebih dulu belajar di California, Amerika pada 2008 abis itu balik ke Indonesia dan mulai bangun mobil,” sambutnya saat dihubungi nmaa.co.id
Sembari menggali ingatan masa kecilnya, Widodo menyebut sudah menggemari off-road sejak kecil. Tepatnya ketika sering diajak temannya menaiki kendaraan taktis asal Austria, Steyr yang menumbuhkan passion terhadap mobil-mobil 4×4.
Sampai akhirnya semua penggemar off-road mengenal ProRock Engineering sebagai modifikator, influencer, sekaligus pemegang puluhan brand aftermatket 4×4 yang berlokasi di Jalan A. Yani No.312, Solo, Kab Sukoharjo, Jawa Tengah.
“Kalau ditanya kenapa kental dengan genre off-road, ya karena memang passion-nya di off-road. But to be honest, beberapa aliran modifikasi mobil antik juga dikerjakan kayak misalnya Hot Rod terus Pickup. Saya sendiri enggak tahu akhirnya bisa terjun di off-road, jadi bengkel spesialis off-road. Everything itu kayak pieces heaven gitu loh,” tutur Widodo.
Karena itu, ProRock Engineering bukan hanya fokus menggarap mobil bergenre off-road. Sejumlah jasa instalasi dan modifikasi lain juga bisa diserahkan. “Kita enggak nerima mobil lagi sebetulnya,”imbuh Widodo.
Tetapi, tak lama kemudian Widodo menjelaskan beberapa pengerjaan dari ProRock. “We still build cars, kalau pengerjaan instalasi plug and play kita masih terima. Sedangkan Extreme Modification dilihat dulu dari case by case untuk diserahkan ke cabang ProRock. Salah satunya kan sudah ada di Jakarta,” jelas pria penggemar Jip lawas ini.
Widodo juga menjelaskan kunci utama bisnisnya tersebut selama menempuh perjalanan belasan tahun. Baginya bisnis bengkel juga punya lebih banyak resiko dibanding bisnis lainnya. Setiap mendirikan bisnis tentunya harus bekerja keras untuk terus menyambung hidup bisnis tersebut.
“Manajemen perbengkelan itu one of the most difficult, basic begitu penting dalam menjalani bisnis ini. Kalau enggak tahu basic, ya kita cuma dikibulin aja. Kita dealing with old cars and old things itu sampai akhirnya belajar,” ungkapnya
“Misalnya kita pernah pertama kali modifikasi Land Cruiser VX, kita enggak memerhatikan selang karet yang banyak di mobil itu. Awalnya kita ganti selang radiator, selang by pass AC, tapi ada selang kecil di area bosch pump kita enggak ganti. Pernah juga mesin jebol gara-gara selang Rp 70 ribu itu kan sakit ya?” lanjut Teguh sembari terkekeh.
Beragam dinamika dari sepak terjang ProRock Engineering tersebut akhirnya diapresiasi. Widodo banyak membuka kenangan lama saat pertama kali mengikuti kontes modifikasi, membangun mobil dengan banyak ubahan di segala sektor, sampai membangun jejaring dengan para modifikator.
Sayangnya, project modifikasi Jeep C7 yang menjadi masterpiece pertama ProRock Engineering harus dibeli secara paksa. Padahal, Jeep C7 jadi sosok setia menjadi saksi bisu perjalanan ProRock Engineering.
“Percaya atau tidak, the car that really made ProRock itu bagi rockrolling pertama kita bikin yang tubullar itu salah satu ikon ProRock sampai sekarang. Yang bikin banyak orang tahu ProRock dari mobil itu, kita kontes enggak pernah kalah. Mungkin kalah itu waktu pertama kali mobilnya muncul. Selama proses 3 minggu bikin mobil dari nol dengan equipment seadanya sangat basic. Pernah juga container pertama nyangkut bawa alat perbengkelan. Ya saya ingat betul momen itu,” urainya.
Baca Juga: Custom Hot Rod Bertenaga 1.000 HP Tarik Perhatian Pengunjung OLX Autos IMX 2023 Semarang Car Meetup
We are Underdog
Selama berkiprah di dunia otomotif khususnya modifikasi, yang sering disapa Mas Wid mengenang masa-masa awal ProRock Engineering berdiri. Di masa awal tersebut, dia sempat mendengar kata-kata minor yang dianggap pelecut semangatnya menggemakan nama besar ProRock Engineering.
“We are Underdog, apalagi dari Solo jauh dari ingar bingar kota. Tiba-tiba dari semangat dan konsistenti mendalami bisnis ini sampai lumayan besar, bisa jual spare part, mendirikan bengkel dan lainnya. Dulu juga ada segelintir penggagas dari Solo meremehkan, ketika kita sudah bertransformasi mereka juga susah ngejarnya,” papar Mas Wid.
Lebih lanjut, dari perbincangan kali ini Mas Wid bertekad untuk terus melahirkan inovasi. Dengan tujuan menyemangati anak muda sekarang agar terlibat langsung bukan hanya di ranah lokal. Tapi menjadi penggerak industri otomotif dan modifikasi.
“Industri modifikasi di Indonesia menurutku sudah cukup bagus dibanding negara tetangga. Kita juga punya peluang mengejar ketertinggalan dengan negara lain karena secara basic dan skill dari para manpower itu luar biasa. Modalnya harus benar-benar punya passion dan power thingking! harus berani berinovasi buat ke depannya.