NMAA News – Memasuki 2024, sudah semakin banyak mobil yang menggunakan teknologi turbocharger pada mesin.
Sehingga doping tenaga dengan mamanfaatkan hawa panas tersebut menjadi solusi mesin kubikasi kecil menghasilkan tenaga potensial.
Rumah keong tersebut dapat meningkatkan efisiensi mesin karena pabrikan dapat mengurangi kubikasi mesin dan mendapatkan tenaga yang serupa dari mesin NA (Naturally Aspirated) dengan volume ruang bakar lebih besar.
Turbocharger, selayaknya komponen pada mobil lainnya, juga memiliki usia dan risiko kerusakan.
Ada dua gejala yang patut Anda perhatikan pada mesin mobil untuk mendeteksi kerusakan pada turbo.
Hal pertama, simak apabila bagian mesin mengeluarkan suara pekikan saat sedang berakselerasi.
Biasanya terdengar nyaring dan memekak telinga. Hal ini menandakan ada kotoran yang masuk dan menghambat kinerja compressor wheel
Sedangkan kedua, perhatikan kondisi gas buang dari knalpot jika muncul asap hitam yang pekat.

Kondisi ini berarti journal bearing minta diganti. Akhirnya merembet ke turbo shaft dan bisa memicu kerusakan sil.
Sedangkan terakhir dan paling rawan yaitu turunnya tekanan oli dan turbo akibat turbo shaft patah.
turbo sudah rusak parah, sebaiknya ganti dengan unit baru. Kondisi shaft patah akan memicu oli langsung masuk ke turbo dan sistem gas buang.
Terlebih penggunaan low pressure oil bisa mengakibatkan meisn mobil terkenda dampak. Terutama piston dan bore mengalami baret.
Karena itu, gejala ketiga sudah memerlukan penanganan lebih lanjut.