Rupiah Tak Berdaya di Hadapan Dolar AS, Berdampak ke Industri Modifikasi?

0
Membangkitkan semangat para modifikator lokal untuk terus berkarya dan bersinergi menuju Kota Surabaya sebagai salah satu barometer modifikasi di Indonesia | Foto: NMAA
- Advertisement -

NMAA News Flash – Nilai tukar rupiah sekarang makin lemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) yang membuat gerah para pengusaha tanah air, termasuk industri modifikasi dan aftermarket.

Kondisi ini pastinya terasa berat bagi para pelaku bisnis, apalagi berbelanja spare part dari luar negeri menggunakan dollar untuk pembayarannya.

Selain itu, nilai tukar dolar juga menjadi penentu harga kendaraan di Indonesia yang berpengaruh terhadap harga mobil.

Berdasarkan data RTI, per Senin (22/4), dolar AS berada di kisaran tertinggi Rp 16.251 dan terendahnya Rp 16.188.

Posisi tersebut lebih tinggi kalau dibandingkan dengan nilai tukar pada hari – hari sebelumnya.

Lebih jauh, usai lebaran lalu rupiah sempat menguat 44 poin atau 0,28% ke Rp15.848 dengan indeks dolar terpantau naik 0,11% ke level 104,010.

Meski belum benar-benar terlihat dampaknya, lambat laun akan muncul pengaruh melemahnya rupiah saat ini.

Kemungkinannya bisa muncul dari pengerjaan modifikasi, kustomisasi, sampai restorasi yang mangkrak akibat menunggu harga rupiah kembali stabil.

Sebab, pastinya mendatangkan komponen resmi atau versi aftermarket ke Indonesia tidaklah murah.

Sebagai alternatif, masih banyak komponen aftermarket buatan Indonesia yang kini sudah bisa saingi produk luar negeri.

Dengan cara ini, para car enthusiast juga mendukung industri modifikasi dan aftermarket di Indonesia semakin eksis di negeri sendiri.

Menurut teori dasar ekonomi, penguatan nilai mata uang asing terhadap mata uang lokal justru membuka kemungkinan meningkatnya gairah industri lokal jadi alternatif konsumen sekaligus solusi.

- Advertisement -