NMAA News – Aturan emisi ketat di sejumlah negara Amerika Serikat dan Eropa tidak serta merta mengubah transportasi secara penuh.
Lantaran, tidak semua negara sudah memiliki infrastruktur pengisian daya listrik lengkap. Terlebih lagi, transisi antara mesin konvensional ke kendaraan listrik berbasis baterai tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan.
Sebagai langkah strategisnya, mesin bakar dapat terus tercipta asalkan memiliki tingkat emisi lebih rendah.
Grup perusahaan otomotif, Stellantis kabarnya telah menginvestasikan USD 6 Miliar demi pengembangan mesin bakar terbaru.
Pengembangan dapur pacu kendaraan konvensional ini lebih mengacu pada hadirnya teknologi bio Bio-Hybrid sebagai opsi alternatif selain beralih ke kendaraan listrik murni.
Cara kerjanya, mirip seperti mesin hybrid dengan kombinasi mesin elektrifikasi dan bahan bakar fleksibel biofuel seperti etanol.
Satu mesin tetap menghadirkan powertrain plug-in hybrid yang tehrubung ke transmisi transmisi dual-clutch, dan kendaraan listrik murni.
Jadi, peran mesin bakar memungkinkan hadir sebagai pengisi daya ke motor listrik atau range extanger.
“Empat platform global, yang terkait dengan teknologi Bio-Hybrid, akan diimplementasikan – lebih dari 40 model, selain delapan powertrain baru dan aplikasi elektrifikasi,” kata COO Stellantis Amerika Selatan, Emanuel Cappellano.
Stellantis Automotive Hub di Betim, Brasil, menjadi tempat pengembangan teknologi Bio-Hybrid sebelum diproduksi. Bahkan, tersedia untuk jantung pacu di mobil komuter kecil, pikap menengah atau kendaraan komersial ukuran penuh.
Cara ini tak lain sebagai upaya Stellantis untuk menjaga mesin pembakaran tetap hidup.
Terlebih lagi, September 2023 lalu perusahaan mengumumkan bahwa banyak mobilnya sudah kompatibel dengan bahan bakar sintetis, dan kecil kemungkinan mesin baru yang dikembangkan di Brasil tidak akan mengikuti jejak tersebut.
