NMAA News – Ingatkah kalian dengan sebuah unit mobil balap Castrol TOM’S Toyota Supra GT? Siapa sangka usianya kini terbilang sudah memasuki kepala dua dari karir gemilangnya terakhir pada ajang Kala itu, debutnya langsung disorot, apalagi musim awal Japan Grand Touring Car atau JCTC (1995) hingga beranjak ke dekade 2000an.
Dibalik kesuksesannya, ada tangan dingin dari dua orang foundernya merupakan pelaku di ajang motorsport Jepang! Sebetulnya, TOM’S racing sudah dikenal sejak dulu menghasilkan beberapa proyek rahasia dibalik mobil performa Toyota. Terutama untuk keperluan balap.
Jejak sejarah TOM’S awalnya dimulai dari debut pebalap Nobuhide Tachi dan Kiyoshi Oiwa sebagai mekanik andal spesialis Toyota. Keduanya ternyata sudah bersahabat lama, bahkan jauh sebelum bertemu di sejumlah ajang balap. Terutama ketika Tachi-san berada di di puncak karir balap mobil pada tahun 1965.
Kemudian kemenangan lain Tachi-san datang di Grand Prix mobil sport Jepang 1972, Fuji 1000km tahun 1975, dan pada 1974 dan 1975. Berkat pencapaiannya di ajang balap, ia berhasil meraih kemenangan beruntun di Guia Race of Macau. Momen inilah kemudian muncul julukan “The Tiger of Macau “.
Selain turun langsung ke lintasan, Tachi-san mulai bereksperimen dengan menggali potensi mobil balap Toyota . Hingga akhirnya, ia benar-benar dipercaya menangani mobil sport garapan Toyota Motorsport, tepatnya pada 1971.
Dalam unggahan video Youtube berjudul TOM’S Racing History keduanya mengungkapkan awal mula TOM’S Racing berdiri. “Mimpiku adalah terus berkontribusi untuk kancah balap, dan ingin TOM’S menjadi tim balap no 1 di jepang,” ungkap Nobuhide Tachi sebagai seorang Chairman TOM’S Co. JP.
Memasuki 1974 Tachi-san semakin percaya diri membuka workshop tuning pribadi. Meski Jepang sedang mengalami kelangkaan dan krisis minyak, tak sedikitpun membuat Nobuhide Tachi dan Kiyoshi Oiwa putus asa dalam merintis bisnis mereka.
Tak lama setelahnya, pada 1975 Toyota Motor Corporation secara resmi mengakui TOM’S sebagai In-House Tuning Toyota. Selang tiga tahun kemudian tepatnya pada 1978 mereka mulai membuka workshop di Tokyo. Dengan kemampuan kolaborasi Tachi-san dan Oiwa-san, pertengahan 1981 mendapat kepercayaan untuk TOM’S menjadi supervisi Formula 3 Jepang sebagai Engine Tuner.
Memasuki 1982, Tachi-san memutuskan pensiun total sebagai pebalap. Tapi, ia ingin tetap berkontribusi untuk kancah balap lebih luas. Apalagi saat itu, hasil kerja kerasnya lambat laun diakui. Karir balapnya, diturunkan kepada anak laki-lakinya, Shingo Tachi. Pebalap muda yang meraih kesuksesan di bintang muda paling cemerlang di Autobacs Super GT Series, dan GT300 1998, musim paling dominan dalam sejarah Super GT.
Sayang, Karir Shingo terhenti. Sekaligus jadi pukulan keras untuk keluarga, teman dan kancah balap Jepang. Shingo Tachi tewas dalam kecelakaan uji coba pada 11 Maret 1999, di Sirkuit Internasional Okayama.
TOM’S memulai invasi bisnis dengan membangun pabrik di Inggris pada 1987. Pabrik tersebut khusus memproduksi mesin Formula 3. Seiring berjalan waktu, pabrik TOM’S di mengembangkan lini produksi komponen sasis F3 terhitung pada 1991.
Hal senada disampaikan juga Kiyoshi Oiwa, menurutnya, kancah motorsport seolah menjadi tempat bermain abadi. Berdirinya pabrik memberikan berkontribusi besar terhadap pengembangan Kiyoshi Oiwa saat membesut mesin Formula3.
“ Kami sepakat tetap membangun bisnis di bidang motorsport sebagai pekerjaan menyenangkan. Kami berdua tidak tahu persis awal mula impian ini sampai jadi kenyataan. Di samping itu, kelangkaan minyak di Jepang membuat lumpuh sektor ekonomi. Pada saat itu seluruh pasar mencapai titik terendah. Seperti produsen mobil menghentikan aktivitas motorsport, tapi para stakeholder di ajang motorsport terbilang masih baru. Akhirnya kami mengubah cara memulai TOM’S,” jelas Oiwa san.
Ajang kejuaraan motorsport All Japan Grand Touring Championship (JGTC) pada 1995 jadi panggung pembuktian TOM’S menurunkan mobil balap Castrol TOM’S Supra. Mobil tersebut bertarung dengan Nissan dan Skyline GT-R yang mendominasi seri pada tahun sebelumnya. Event balap tersebut sudah mulai digelar sejak 1994.
Menariknya, karena aturan dalam ajang JGTC termasuk Oper Class yang dapat diikuti sejumlah mobil tanpa dibatasi standar tertentu, jadi modal tersendiri bagi TOM’S. Mereka mengembangkan unit kendaraan Toyota Supra MK IV dibekali mesin reli 3SGTE dari Celica. Di atas kertas, mesin turbocharged tersebut berkapasitas 2.0 liter yang dapat menyemburkan tenaga 493 hp dan 442 lb-ft.
Meski gelaran seri tidak berjalan mulus, dua mobil Toyota TOM’S Castrol bernomor 35 dan 36 belum membuahkan hasil maksimal. Setahun kemudian mereka masih dibuntuti liarnya mesin McLaren F1 dari Tim Goh. Raihan tersebut membuat para mekanik akhirnya memikirkan sejumlah ubahan agar bisa menjuarai seri JGTC. Dimulai dari ubahan gearbox pola-H untuk perpindahan sekuensial Hewland, bobot mobil dan mesin yang lebih ringan untuk ajang yang sama pada 1997.
Seri JGTC 1997 melihat Supra berbaris melawan persaingan di kelas GT500 yang mencakup model Porsche GT1 dan 2, Honda NSX, Lamborghini Diablo dan Nissan Skyline. Mobil tersebut dilengkapi dengan mesin 3SG, pengembangan dari 16 katup, unit 2.0 liter yang digunakan pada kompetisi IMSA (mesin 503) dan pada mobil Toyota Corolla World Rally Championship (3SGTE). Peraturan kompetisi GT memungkinkan unit di Supra disetel ke lebih dari 480 bhp.
Pada saat lap terakhir, tangan dingin Krumm dan de la Rosa berhasil membukukan dua kemenangan. Dengan kegigihan mereka, akhirnya Supra TOM’S meraih finis di posisi ketiga pada balapan kedua musim ini dan memenangkan kemenangan perdananya di Sendai Hi-Land Raceway seminggu kemudian. Mobil bernomor 36 itu memimpin poin usai seri balapan kedua. Tapi, belum membuahkan hasil signifikan karena kalah cepat dengan Toyota Supra garapan tim Denso SARD.
Pada tahun 1999, mobil bernomor 36 hanya meraih urutan kedua dalam kejuaraan JGTC. Atas raihan yang dianggap kurang maksimal tersebut, akhirnya Castrol mengakhiri sponsor gelarnya untuk Toyota pada tahun 2001 setelah kampanye tujuh tahun.
Sedari awal, TOM’S Racing konsisten mengembangkan Olahraga Motor melalui balapan, dan menjadi penggerak dalam kancah otomotif. Apalagi untuk merek Toyota dan Lexus. Saat ini, kabarnya TOM’S Racing terus mengembangkan inovasi karya terbaru terutama membesut habis project rahasia mereka. terlebih memperbarui struktur manajemennya. Selain kekuatan merek TOM’S mempertahankan kepercayaan kancah motorsport terhadap hasil karya mereka.
Dalam website resmi mereka tomsracing.co.jpn tertulis, perubahan kompleks di dalam bisnis maupun struktur kepemimpinan mereka untuk menyesuaikan kondisi di tengah polarisasi zaman saat ini. Apalagi TOM’S juga melengkapi divisi khusus seperti TOM’S Design dan TOM’S Spirit.
“Kami tetap bersemangant terhadap dunia roda empat, terutama kancah motorsport. Tentunya semangat ini tidak akan pernah berubah. Kami terus menghadirkan “Passion”, “Excitement”, dan “Romance” ke dalam mobil! Kami berharap dapat terus memberikan balapan dan produk yang menarik kepada penggemar kami, dan kami menghargai dukungan mereka yang berkelanjutan,”tulisnya.
TOM’S memiliki sejarah panjang di tiap era. Dalam dunia Motor Sport yang sangat kompetitif, perusahaan asal Jepang ini secara konsisten tetap berada di puncak popularitas. Hal ini merupakan wujud terbukanya divisi performa Nobuhide Tachi terhadap perubahan zaman. Dari mulai dirinya turun ke ajang balap hingga menjadi direktur perusahaan. Sejumlah line-up lengkap untuk Toyota, seperti mesin, turbo, dan suspensi ADVOX. Bahkan hingga merchandise.
“Kekuatan merek TOM yang dipadukan dengan pengetahuan Mobcast Holdings akan membawa perusahaan baru kami ke dunia inovasi Motor Sport,”Tradisi” dan “Inovasi”. TOM’s akan terus membangun pencapaiannya, dan menambahkan aura baru untuk merevitalisasi kecenderungan lama. Nantikan kemajuan yang akan dibuat TOM’S di masa mendatang,”kutipnya dalam laman web mereka.
Kesuksesan balap dari Castrol TOM’s Toyota Supra telah membuat mobil bertenaga dahsyat. Terlebih, dominasinya terasa higga ke kompetisi virtual game Gran Turismo Sony PlayStation. Dominasinya di dekade 2000 makin meroket usai JGTC (2006). Hal ini dibuktikan oleh pebalap Toyota Juichi Wakisaka dan Andre Lotterrer yang meraih gelar juara dengan mobil berbasis Lexus SC430.