Pentingnya Proses Homologasi di Ajang Kejuaraan Balap Reli

0
Tahap Homologasi tertentu bahkan bisa memakan waktu berbulan-bulan | Foto: motorsport.com
- Advertisement -

NMAA News – Ajang kompetisi balap mengklasifikasi sejumlah unit kendaraan sesuai standar yang disepakati oleh Federation Internationale de l’Automobile (FIA) disebut Homologasi. Otoritas internasional berusia hampir seabad itu menjadi badan pengawas, penilaian dan pembuat regulasi terhadap seluruh standar kompetisi balap dunia.

Proses yang disebut homologasi mencakup seluruh aspek teknis penyelenggaraan kompetisi dari mulai regulasi, sirkuit, dewan juri, sistem penilaian, mobil dan keselamatan pebalap. Pada tahap homologasi menekankan aspek kendaraan yang dipakai untuk menjajal trek di lintasan melalui berbagai tahap hingga dinyatakan laik jalan.

Aturan homologis FIA sering dianggap sebagai penghalang bagi evolusi teknologi otomotif. Produk sampingan dari peraturan tersebut adalah mobil balap legal yang diproduksi terbatas. Unit kendaraan Lancia 037  pada World Rally Championship (WRC) musim 1982 misalnya, dimodifikasi  untuk melibas medan reli Grup B di tahun tersebut.

Untuk bersaing di Grup B, Lancia harus melewati proses yang cukup unik dengan mengantongi hasil ujicoba di minimal 200 model untuk penggunaan jalan.  Kriteria tersebut harus diikuti agar dapat sesuai dengan poin kriteria homologasi FIA dan bersaing di kejuaraan WRC saat itu.

Padahal mobil reli lansiran 1970 hingga 1980 ampuh mengintimidasi lawan di lintasan, hampir pabrikan kendaraan saat itu tak berkutik oleh performa mobil-mobil andalan Lancia. Subframes baja digunakan di depan dan belakang, sedangkan bagian panel bodi dibuat dari Kevlar.

Varian 037 road-going ini dilengkapi dengan DOHC 2.0-liter (1.995 cc) 16-valve Abarth yang dikembangkan dengan mesin Inline-four, dikawinkan dengan supercharger Abarth Volumex yang dapat menghasilkan 205 hp (153 kW) pada 7.000 rpm. Tenaga tersebut mampu melesatkan mobil 220 km / jam (137 mph) dan ke 100 km / jam (62 mph). Sedangkan 0-100 dapat dijangkau hanya sekitar 5,8 detik.

Foto: Insider hagerty

Usai melewati pengujian tersebut mengantarkan Stradale meraih kemenangan pertama Rally Championship di Pace, Inggris. Musim 1983 jauh lebih sukses untuk Lancia meraih gelar juara di  WRC musim 1983. Dikomandoi oleh Walter Röhrl dari Jerman dan Markku Alen dari Finlandia sebagai pembalap utamanya. Keduanya mampu menjajal trek hingga putaran terakhir seri,  hingga mampu meraih constructors’ titles. Meski kredibilitas Lancia tidak sepopuler pabrikan otomotif lainnya, akan tetapi sepak terjang mereka terbukti di  WRC dekade 1970-1980.

Hingga saat ini proses Homologasi tersebut dinilai oleh lembaga yang menaungi kompetisi di tiap negara, menentukan poin tertentu yang harus dipenuhi. Tentunya berlandaskan regulasi FIA terutama menitikberatkan aspek keamanan sesuai regulasi motorsport. Sejumlah objek  homologasi kendaraan diperluas, memuat spesifikasi teknis seperti kapasitas mesin, dimensi kendaraan, kaki-kaki, aerodinamika, jenis jok, alat pemadam api, roll bar, roll cage dan spesifikasi penunjang lainnya.

Sedangkan di Indonesia proses untuk memenuhi homologasi FIA dimulai dari  Ikatan Motor Indonesia (IMI). Lalu dilanjut ke FIA membawa dokumen berisikan formulir persyaratan yang harus dipenuhi. Nantinya setelah persyaratan itu dilakukan, belum tentu langsung selesai. Dalam hal ini masih bisa dilakukan revisi hingga pengaju homologasi dapat memenuhi persyaratan. Di sisi lain sama seperti mobil yang memiliki spesifikasi kompetisi. Pabrikan sudah melakukan homologasi sebelumnya, sehingga prosesnya fokus pada komponen spare part aftermarket.

Selain itu, proses ini juga membutuhkan waktu dan materi yang tidak sedikit. Untuk satu proses homologasi bahkan bisa memakan waktu enam bulan. Tergantung dari riset yang dilakukan ke FIA, atau cabang federasi tiap negara tempat diselenggarakannya kompetisi balap resmi. Kriteria tertentu harus berbagi surat rekomendasi dan ketentuan dari FIA dan cabang federasi. Hingga IMI dapat melanjutkan proses perizinan.

Kondisi yang sama dialami juga pereli Rifat Sungkar. Karena unit Mitsubishi AP4 belum memenuhi standar kriteria kompetisi AP4, 2019 lalu misinya menjajal unit low MPV tersebut kandas. Akan tetapi Rifat dan navigator andalannya M. Redwan mampu menuntaskan rangkaian Reli AP4 dengan menunggangi Mitsubishi Lancer EVO VI. Padahal modifikasi Xpander AP4 diklaim sebagai inovasi terbaru dalam dunia reli di kawasan Asia Pasifik.

Padahal regulasi AP4 dianggap lebih visioner dengan memperbolehkan jenis kendaraan terbaru yang banyak digunakan untuk melakukan mobilitas harian. Nantinya kendaraan tersebut dimodifikasi sesuai regulasi FIA. Sehingga kompetisi reli dunia saat ini menjadi lebih modern dibandingkan generasi sebelumnya. Konsep modifikasi yang dihadirkan pada Xpander AP4 tersebut juga mengikuti regulasi yang telah ditetapkan menggunakan basis kendaraan harian yang diproduksi dan dijual secara massal di Indonesia.

AP4 diciptakan untuk menjadi alternatif karena mobil reli berjenis R5, merupakan spesifikasi World Rally Championship (WRC) yang terlampau mahal. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa konsep AP4 lebih menitikberatkan pada pengurangan biaya produksi menjadi lebih ekonomis bila dibandingkan mobil reli berspesifikasi tinggi.

Mobil berjenis AP4 ini dapat dikatakan sebagai wajah baru mobil reli di Indonesia yang menggantikan kendaraan-kendaraan grup R yang sudah berusia lebih dari 10 tahun. Sebagai catatan, mobil reli jenis AP4 mendapatkan lisensi untuk berlomba di kejuaraan internasional seperti reli Australia, reli Selandia Baru dan reli Asia Pasifik.

- Advertisement -