NMAA News – Saat pertama kali meluncur di Indonesia, city car Suzuki S-Presso menuai hujatan netizen medsos dan masyarakat luas. Meski PT Suzuki Indomobil Sales (PT SIS) punya tujuan menyasar first buyer dengan harga unit terjangkau, pajak dan perawatan ramah di kantong. Akan tetapi S-Presso justru dinilai buruk dalam sejumlah aspek.
Suzuki S-Presso versi Indonesia melengkapi lini mobil Suzuki selain Ignis saat ini. Sejak kemunculan perdananya pada 2022 lalu, memasuki awal 2023 atau dalam rentang sekitar 6 bulan, Suzuki S-Presso menerima banyak improvement.
Model city car berwujud Sport Utility Vehicle (SUV) ini mengusung mesin baru dengan kode nomenklatur K10C plus fitur idling stop menggantikan versi mesin lama berkode K10B. Produksi tenaga dari mesin 3 silinder berkapasitas 1.000 cc ini diklaim mencapai 65,7 HP pada 5.500 rpm dan torsi puncak 89 Nm pada 3.500 rpm. Konsumen bebas memilih sistem transmisi manual 5-percepatan dan AGS 5-percepatan.
Saat Tim nmaa.co.id mengunjungi booth Suzuki di gelaran Gaikindo Jakarta Autoweek (JAW) 2023 salah seorang wiraniaga menjelaskan jika perubahan facelift S-Presso menyasar sektor kenyamanan.
“S-Presso baru sudah memudahkan pengemudi mengatur spion, lalu tampilan emblem belakang berubah. Mesin barunya sekarang dilengkapi fitur Electronic Stability Program (ESP) untuk kestabilan berkendara dan Hill Start Assist yang memudahkan saat mobil berjalan di tanjakan,” jelas salah seorang wiraniaga yang ditemui tim nmaa.co.id.
Pembaruan Suzuki S-Presso 2023 disebutkan mendapat fitur Electronic Stability Program (ESP) untuk menjaga kestabilan berkendara saat melewati kontur jalan licin. Tetapi, karena ukuran pelek 14 inci berbalut ban 165/70 R14 belum membantu banyak saat bermanuver.
Kemudian, spion standar yang asalnya diatur secara manual di dalam kabin yang dinilai menyulitkan, kini berganti menjadi electric mirror untuk memudahkan pengemudi. Ubahan lain menyasar peningkatan layar head unit 7 inci melalui pengaturan audio steering switch.
Model head unit baru ini, alangkah baiknya memang ditingkatkan dari sisi tampilan, mengapa?
Lantaran meski sudah tersedia smartphone linkage yang berfungsi memudahkan komunikasi, akan tetapi secara pengoperasian masih terbilang lambat. Terutama saat baru dinyalakan, sehingga butuh effort hanya untuk memilih fitur radio, musik mp3 atau sejenisnya.
Menyoal kenyamanan penumpang dan pengendara, Suzuki S-Presso tidak banyak berubah. Sentuhan minimalis terasa pada layar MID yang memuat informasi speedometer, dan konsumsi bensin per kilometer.
Posisi mengemudi, terasa kurang ergonomis, misalnya tidak tersedia tilt dan teleskopik di setir yang sulit di atur posisinya, material kursi kemudi tipis, bahkan posisi ini membuat tubuh pengemudi tetap kaku.
Bagi pengemudi yang memiliki tinggi badan 170 cm ke atas dan bertubuh gemuk sedikit menyulitkan saat melakukan perpindahan gigi transmisi. Sebab, posisi tuas bahkan bisa di bawah lutut.
Ketidaknyamanan penumpang belakang cukup menyorot perhatian. Lagi – lagi, meski S-Presso menyasar segmen first buyer yang baru beralih dari asalnya menggunakan motor untuk berkendara dan kini menggunakan sebuah city car. Baiknya berpikir lebih kritis.
Baris belakang, hanya disiapkan dua tempat duduk saja. Kondisi ini terlihat dari tidak adanya ruang untuk penumpang tengah. Kita bisa melihat minimnya kelengkapan seperti cup holder, kurangnya tempat penyimpanan, dan paling epik yaitu pengaturan kaca jendela menggunakan tuas.
Pertimbangan Ulang
Tim nmaa.co.id kemudian bertanya ulang tentang peranti keselamatan airbag di model S-Presso anyar kepada wiraniaga Suzuki.
Masih teringat ketika tes keselamatan oleh NCAP (New Car Assessment Program) oleh badan independen, S-Presso justru mengantongi nilai rendah. Padahal, badan ini sudah memberikan input bagi pabrikan mobil untuk meningkatkan sektor keselamatan mobil produksi.
“Tidak ada pembaruan lain, selebihnya masih sama seperti S-Presso model 2022,” singkat wiraniaga Suzuki.
Kalau melirik beberapa versi S-Presso yang beredar, spesifikasi keselamatan standar S-Presso versi India hanya memiliki airbag sopir dan ABS. Tak ada airbag untuk penumpang lain karena saat itu tak ada peraturan yang mewajibkannya lebih banyak. Versi Indonesia juga tidak jauh berbeda, kelengkapan lain seperti ketersediaan parking sensors, Seatbelt 3 titik, childproof rear door lock, dan immobilizer.
Sementara S-Presso versi Afsel, meski dibuat dari India, punya spesifikasi keselamatan sedikit lebih tinggi, yaitu punya dua airbag dan sabuk pengaman pretensioner sebagai fitur standar. Selain soal fitur keselamatan itu, tak ada lagi perbedaan signifikan antara versi India dan Afsel, termasuk soal struktur bodi S-Presso.
Lantas, masihkah Suzuki New S-Presso tetap laik untuk dibeli oleh segmen ‘first buyer’? Mungkin, cara ini hanya berlaku bagi calon pemilik yang ingin mobil baru dengan rentang harga Rp 168.3 juta untuk transmisi manual dan Rp 178.3 juta untuk transmisi AGS?