Nostalgia Jalur DA90’S Diharapkan jadi Destinasi Wisata Tahunan Lintas Generasi

0
Foto: NMAA
- Advertisement -

NMAA News – Acara festival Nostalgia Jalur DA90’S yang diinisiasi oleh Group Otomotif 1990 (GO90’s), Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud Jawa Barat) digelar meriah sebagai destinasi hiburan dan wisata akhir pekan di Bandung, Minggu 26 November 2023.

Gelaran ini berlangsung selama satu hari di Taman Radio, Dago, Bandung. Mendatangkan para penyuka otomotif retro-klasik, BMX enshusiast, sampai kalangan umum yang diantaranya merupakan generasi muda dan segmen keluarga.

Berbagai kegiatan bertema nostalgia berlangsung ramai, mulai dari parade mobil dan motor klasik era 90-an, pertunjukan kebudayaan Jawa Barat atraksi BMX serta booth local brand clothing dan kuliner dan masih banyak lagi.

Foto: NMAA

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Benny Bachtiar mengatakan, selain menghadirkan gelaran nostalgia di era 1990-an, Nostalgia Jalur DA90’s sekaligus menjadi promosi wisata Jawa Barat yang ditujukan mendukung sektor pariwisata sebagai lokomotif ekonomi kreati (Ekraf).

“Lewat acara ini, kami melihat angkatan 1980 sampai 1990 sudah mapan. Ada yang sukses di bidang bisnis, atau menjabat sebagai posisi strategis di perusahaan maupun instansi tertentu. Anggap saja sebagai flash back mengenang memori lama anak muda pada masanya. Di samping itu, berupaya menghasilkan multiplier effect ecomony yang turut meningkatkan ekonomi UMKM,” tutur Benny.

Foto: NMAA

Adanya kegiatan festival, lanjut Benny menjadi penggerak kegiatan kreatif terutama di Bandung, Jawa Barat.

“Sebetulnya, konsep baru dari acara GO90’S kali ini menjadi acuan ke depannya menggelar acara serupa yang diproyeksikan bakal berlangsung secara periodik tiap tahun. Memilih lokasi di seputaran Dago satu hari saja, kita memikirkan apakah ada kecenderungan menjadi macet dan sebagainya. Karena kita berharap acara ini di kemudian hari bisa digelar mungkin dua hari,” kata Benny.

Foto: NMAA

Di kesempatan yang sama, co-founder GO90’S Ivan Karniawan mengatakan hal senada tentang konsep acara festival Nostalgia Jalur DA90’s.

“Untuk acara kali ini kita pilih Minggu supaya bagi mereka yang masih menjalankan rutinitas harian, kerja misalnya bisa datang bareng teman atau keluarganya. Pengunjung berbagai segmen bisa datang, bukan hanya nostalgia bagi pengunjung atas usia 35 tahun saja,” papar Ivan.

Karenanya, kemasan acara yang dihelat lebih besar dan menjangkau pengunjung umum ini turut menggaet Disparbud Jabar yang memiliki korelasi menghadirkan sarana wisata akhir pekan di Kota Bandung.

“Generasi 90-an bisa nostalgia tempat tongkrongannya, melihat tren modifikasi lawas yang mungkin bisa menginspirasi mereka lagi, nanti ajak anggota keluarganya disini. Secara pemilihan tempat juga kita memang memilih lokasi landai seperti festival kota pada umumnya,” jelas Ivan.

Foto: NMAA

Tetapi, ivan menjelaskan kemasan acara Nostalgia Jalur DA90’S berbeda dengan Dago Festival yang membawa unsur musik dan kalcer. Sedangkan Nostalgia Jalur DA90’S memadukan art culture dan otomotif.

“Kita semua berharap bisa jadi event tahunan, kerja sama bareng unsur pemerintah di Bandung dan bisa merangkul lebih banyak partisipan maupun pengunjung,” jelasnya.

Semberi menggali ingatan ke belakang, Ivan mengaku Dago memiliki identitas tersendiri di kalangan auto enthusiast era 1990-an. Hal ini membedakan dengan tempat nongkrong di Bandung lainnya.

“Dago sampai Cikapayang lebih ke fesyen sama drift, kalau Supratman kan zaman dulu balap liar. Sampai sekarang memori itu ibarat kapsul waktu. Kita lewat beberapa lokasi nostalgia di Bandung seketika ingat kenangan masa – masa dulu,” kenang Ivan mengakui.

Foto: NMAA

Para generasi 1990-an yang hadir di Nostalgia Jalur DA90’S menyambut antusias berlangsungnya acara selama satu hari ini.

Salah satunya, Yoga Ogre yang kini berprofesi sebagai Fotografer membawa kenangan manis ketika muda.

“Bandung ini gudangnya talenta – talenta muda. Zaman dulu kalau kita inget ada yang suka main mobil, motor, BMX, sampai musik dan punya tongkrongan masing-masing. Guyubnya zaman itu mungkin bisa dicontoh oleh generasi sekarang. Banyak pengalaman pahit dan manis yang kemudian membuat kami generasi 1990-an mengambil hikmah dan spiritnya,”ujar Yoga.

Foto: NMAA

Sementara itu, dua tokoh otomotif Kota Bandung Chris Zibekk ‘ZC Distromotive’ dan Tunggul ‘Leonidas Autosport’ masing-masing membuka kenangan lama yang dialaminya.

“Bandung punya tren tersendiri di bidang otomotif. Tapi uniknya, kita dulu belum pakai mobil impian. Kenapa misalnya kita pakai mobil lawas, ya itu karena mobil pemberian orang tua atau warisan. Tapi soal modifikasi atau mendandani sesuai tren mobil itu punya konsep modifikasi menarik dan banyak menginspirasi,” ujar Om Chris Zibek, begitu sapaannya saat bercerita.

Begitu pun dengan memori lama Tunggul ‘Leonidas Autosport’ atau akrab disapa Om Tunggul. Menurutnya, ada beberapa pembeda utama di skena Bandung. Terutama generasi 1980-1990 saling mendukung satu dengan lainnya.

“Jadi enggak heran kalau kita muter-muter kenalan, banyak relasi yang di kemudian hari memudahkan kita kalau pingin modifikasi mobil misalkan. Mau bangun atau bikin kan dulu itu totally custom, enggak tinggal pasang. Bisa saling kenal, tukar pikiran sampai saling mempromosikan usaha bengkelnya satu sama lain,” ujar Om Tunggul menimpali.

- Advertisement -