Gaikindo Sebut 2 Merek Mobil Cina Cherry dan BYD Bersiap Masuk Pasar Indonesia

0
Chery Tiggo SUV
- Advertisement -

NMAA News – Masuk tahun 2022, dua merek produk kendaraan asal China dikabarkan bakal meramaikan pasar otomotif dalam negeri. Bahkan tak sekadar meramaikan, mereka juga berniat membangun basis produksinya di Tanah Air.

Kabar akan masuknya dua merek kendaraan China tersebut terungkap saat diskusi virtual Forum Wartawan Otomotif (Forwot) yang menghadirkan Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara, jelang akhir 2021 lalu.

Adapun dua merek mobil China tersebut yakni Chery dan BYD. Menurut Kukuh, pihak Chery telah berkomunikasi lebih lanjut dengan Gaikindo terkait rencananya masuk pasar Tanah Air. Dalam komunikasi itu, pihak Chery sekaligus mengutarakan niatnya ingin membangun pabrik.

BYD Tang, salah satu model terbarunya, foto: electricEVs

Saat ini kebangkitan industri otomotif Indonesia berkembang positif, yakni pertumbuhan penjualannya mencapai 68 persen. Angka yang cukup signifikan usai terdampak berat akibat pandemi Covid-19 yang berlangsung lebih dari setahun kemarin.

“Mereka punya beberapa produk baru yang diproyeksikan cocok dijual dan diminati di Indonesia. Mereka bukan sekadar memanfaatkan pasar, tapi juga berniat menjalankan  pengadaan kapasitas produksinya di Indonesia,” beber Kukuh pada Rabu (22/12/2021).

Melalui akun media sosial resminya, Chery sendiri sudah mengumumkan keikutsertaan mereka dalam ajang pameran otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) 2022 di Jakarta, Februari 2022 mendatang.

Kembalinya Chery untuk kembali mencoba peruntungan di Indonesia, terungkap saat akun media sosialnya di Instagram dan Facebook terilhat muncul dan aktif sejak awal 2021.  Melalui postingan di media sosial sosial tersebut, mereka rutin menjelaskan rencana peluncuran produknya pada akhir 2021, yang selanjutnya diundur ke awal 2022.

Cherry melalui akun Iinstagram resminya mengumumkan keikutsertaannya di IIMS 2022 Februari mendatang

Bagi Chery, keterlibatannya di pasar otomotif Indonesia sebenarnya bukan hal baru. Dengan bermodal model impor utuh atau CBU, pada 2006 Chery pernah mencoba peruntungannya di Indonesia. Bahkan menjadi anggota Gaikindo. Namun kerasnya pasar di Tanah Air, membuat penjualan mereka berakhir dan pamit usaha pada 2013.

Menurut Kukuh, selain Chery, merek China lainnya yang ingin mencicipi lezatnya pasar otomotif Indonesia, adalah BYD (Build Your Dream). Meski dikenal sebagai produsen kendaraan komersial, tapi mereka juga memiliki produk mobil penumpang. Baru-baru ini BYD menampilkan MPV plug-in hybrid (PHEV) terbarunya, Song MAX DM-i model 2022.

“Hal yang sama juga ditunjukkan oleh BYD yang berniat masuk ke Indonesia bukan hanya ingin menjual dan mendapatkan pasarnya saja. Tapi juga serius berniat menjalankan produksinya di sini. Ini menarik, karena selayaknya Indonesia menjadi salah satu negara yang berperan di industri otomotif. Apapun jenis sistem penggeraknya,” imbuhnya.

Kendati kedua merek China tersebut sudah menyampaikan niat dan menampilkan berbagai line-up produknya di lini masa akun media sosialnya beberapa waktu belakangan ini, namun baik Chery maupun BYD belum mengumumkan resmi rencana menjadikan Indonesia sebagai basis produksi.

BYD e6, model mobil listrik yang dijadikan armada taksi oleh perusahaan taksi Blue Bird. Foto: istimewa

Nama BYD sendiri pada 2019 sudah cukup akrab di masyarakat kota, terlebih di Ibukota, karena perusahaan taksi Blue Bird memakai BYD e6 yang merupakan mobil listrik e6, menjadi bagian dari unit armada taksinya. BYD yang berbasis di kota Shenzen itu juga sempat menghadirkan bus listrik untuk kebutuhan TransJakarta.

Seperti Chery, dari berbagai sumber juga menyebut, pada tahun lalu nama BYD juga tercantum sebagai anggota Gaikindo. Namun, saat mengecek pada data Gaikindo terkini periode Januari-November 2021, nama BYD tidak ditemukan.

Melihat fenomena makin membanjirnya produk China di indusri otomotif domestik, Kukuh beranggapan kalau pasar mobil Tanah Air masih memberikan harapan dan optimisme besar di masa mendatang.

“Peluangnya sangat terbuka. Pasalnya, rasio kepemilikan mobil di negara ini baru 99 unit per 1.000 penduduk. Walau di segmennya mungkin sudah banyak pemain, namun celah itu masih ada dan bisa dimanfaatkan,” pungkas Kukuh.

- Advertisement -